Jumat, 24 April 2009

pembelajaranyangmenggairahkan



Pembelajaran yang Menggairahkan
Oleh : Muh. Anang Prasetyo S.Pd


Sesekali lihatlah keceriaan anak-anak TK. Amati dan hayati. Dalam belajar dan bermain menyatu menjadi satu. Wajahnya yang polos, tersenyum ceria dan kebahagiaan memancar dari wajahnya. Tawa dan kenesnya gerakan tubuhnya menunjukkan body language yang lepas. Ibu gurunya juga demikian antusias dalam mengajari anak-anak. Sesekali juga lihatlah, bagaimana sang guru mengajak bernyanyi, bermain serta bercerita yang menggugah jiwa. Seluruh indera anak terlibat. Si anak terlihat begitu perhatian dan selalu memperhatikan segala polah gurunya.
Lantas, pernahkah anda mencermati, memahami dan menghayati ?. ketika si anak memasuki jenjang berikutnya. Di Sekolah dasar. Baju dan sepatunya baru. Namun, apakah anda masih melihat keceriaan dalam pembelajaran di kelas. Lihatlah, masihkah antusiasme anak terlihat ?. Mungkin sebagian besar anak menunjukkan wajah tegang, keceriaan yang dulu bersinar, sekarang mulai temaram. Wajah dan gerakan tubuhnya tidak lagi menampakkan kegairahan. Ketika ia naik kelas dua, kemudian ke kelas tiga. Wajah ceria dan berbinar tadi semakin surut. Mungkin saat belajar olahraga, barulah ia nampak ceria dan semangat. Apalagi saat mereka outbound. Belajar di alam. Atau perkemahan sabtu malam ahad. Sesekali nampak wajah ceria tadi muncul kembali.
Namun, manakala berada di dalam kelas. Kembali wajah serius tadi muncul. Kelas yang tegang. Tidak ada kegairahan . Wajah yang tegang dan serius memelototi lembaran buku LKS. Sepertinya yang namanya ‘belajar’ harus seperti itu. Terkadang guru harus teriak untuk mendiamkan suasana gaduh di kelas. Pertanyaannya , mengapa hal tersebut terjadi?. Mengapa anak tidak lagi seceria ketika di TK dulu. Mengapa ? dan segumpal pertanyaan lain muncul mengapa ?. Suatu ketika saat ketemu guru pengajar kelas kecil (kelas 1, 2, 3) , saya bertanya mengapa hal itu bisa terjadi. Dengan wajah polos dan sedikit gundah ia tidak bisa menjawab. Saya jadi kasihan ketika wajahnya diliputi kebingungan untuk menjawabnya.
Ah, saya jadi teringat ketika saya masih di bangku SD. Hal yang amat saya sukai adalah waktu ketika istirahat. Karena bisa main gulat dengan teman sekelas. Embek-embekan istilahnya. Saya senang dan puas ketika berhasil mengalahkan teman tersebut. Penuh keceriaan. Atau saat ketika mencari belalang di belakang sekolah. Bahkan saat itu pernah mencuri mentimun disamping sekolahan milik tetangga. Atau saat main jumpritan dengan anak perempuan, atau latihan memanah dengan menggunakan sapu lidi.
Anehnya, pembelajaran di kelas hampir semuanya blank dari ingatan. Yang tersisa paling-paling ketika Pak Guru menjelaskan sistem kerja lokomotif karena menggunakan alat peraga loko mini. Atau ketika pak guru tadi membuat lingkaran dan rokok yang ia tiupkan dari mulutnya. Atau saat ketika siswa perempuan dan laki-laki dicampur duduk berdua. Sekali lagi, pembelajaran lainnya hampir nyaris tidak masuk dalam file otak di kepala. Atau cobalah ingat-ingat kembali saat anda belajar naik sepeda. Berapa kali jatuh ? . Dimana dan kapan anda belajar naik sepeda. Pernahkah menabrak dan masuk selokan dan seterusnya. Hampir dari seluruh peserta dalam pengalaman mengisi pelatihan bagi guru, rata-rata mereka mampu mengingat begitu detail. Bahkan wanra dan bentuk sepeda mereka ingat betul. Apakah Anda demikian juga ?. mengapa hal ini bisa terjadi ?. yang jelas, Intinya ialah, hal-hal yang mampu teringat adalah ketika semua indera terlibat dan perasaan terlibat apalagi pengalaman yang menggetarkan jiwa. Bis adipastikan kita akan mampu mengingat peristiwa tersebut dengan jelas. Karena ia tersimpan dalam pikiran bawah sadar kita, yang 82 % menguasai pikiran kita. Nah, kita akan mencoba menilik dan belajar dari semua hal tersebut diatas.
Dalam keseluruhan proses pembelajaran, Benyamin Bloom di tahun 1953 menteorikan bahwa aspek kognitif, afektif dan psikomotorik harus terlibat. Dalam pembelajaran, manakala ketiga aspek tersebut dilibatkan, yaitu ketika indera dan saraf otak, serta psikologis termuat dalam satu keseluruhan pembelajaran, bisa dipastikan pebelajaran tersebut menggairahkan.
Hal – hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran yang menggairahkan, tidak hanya sekedar tahu teori namun praktekkan dalam pembelajaran. Seperti , prakondisi pembelajaran seperti pembuatan kesepakatan pembelajaran di kelas harus dibuat. Biarkan anak-anak sendiri yang membuat peraturan untuk disepakati bersama. Penataan lingkungan pembelajaran yang harus kondusif. Pemakaian musik, tanaman di kelas dan uba rampe lainnya. Yang juga penting adalah metodologi yang kreatif dan inovatif. Ada ratusan strategi dan metodologi pembelajaran yang harus dikuasai guru. Beberapa metodologi pembelajaran yang penulis praktekkan, tidak saja dalam pembelajaran di kelas namun juga pelathan, terbukti efektif . Dijamin siswa aktif dan menggairahkan terlibat dalam keseluruhan pembelajaran.
Cobalah dipraktekkan, saat anda mau mengajar anda telah membuat kesepakatan dalam kelas. Peraturan-peraturan dibuat oleh anak-anak sendiri. kita sebagai guru hanya menegaskan kembali kesepakatan tadi secara berulang. Lantas ketika memulai suatu pembelajaran, cek terlebih dahulu wajah siswa satu persatu. Sambil bergurau tanyakan pada siswaa adakah wajah yang cemberut. satu enter point saya yakin akan membawa dunia mereka ke dunia kita. saatnyalah anda bawa materi anda ke pada mereka.

0 komentar:

  © Template Persembahan'Portrait' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP