Kamis, 23 April 2009

EVALUASI PEMBELAJARAN YANG MEMBERDAYAKAN



EVALUASI PEMBELAJARAN YANG MEMBERDAYAKAN

Makalah ditulis untuk memenuhi tugas Akhir semester
Mata Kuliah Landasan Pembelajaran
Dosen : Prof. Dr. Muhari

Oleh : Muh. Anang Prasetyo S.Pd
Prodi : Manajemen Pendidikan
NIM : 07755060


PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PROGRAM PENDIDIKAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
2008

EVALUASI PEMBELAJARAN YANG MEMBERDAYAKAN

Makalah ditulis untuk memenuhi tugas Akhir Semester
Mata Kuliah Landasan Pembelajaran
Dosen : Prof. Dr. Muhari

Oleh : Muh. Anang Prasetyo S.Pd
Prodi : Manajemen Pendidikan
NIM : 07755060

Abstrak
Evaluasi pembelajaran, dalam kesatuan sistemik pembelajaran mutlak dibutuhkan. Ia lebih berfungsi sebagai tolok ukur terhadap keberhasilan, ketercapaian suatu pembelajaran. Ketiadaan evaluasi ini, dapat mengakibatkan ketimpangan dalam proses belajar mengajar.
Evaluasi pembelajaran dirasakan kurang manusiawi. Mengingat aspek penilaian lebih dititik beratkan pada ranah IQ (kognitif) semata. Padahal penelitian menunjukkan IQ hanya menyumbang 20 % dalam kesuksesan seseorang dalam kehidupan. terlebih metode evaluasi ini lebih bermakna menggagalkan daripada memberdayakan dan memanusiakan. Juga, kecerdasan seseorang tidak hanya tunggal tetapi meluas (kecerdasan jamak)
Perlu upaya yang serius dan mendalam dari semua pihak, agar evaluasi pembelajaran tidak sekedar angka atau evaluasi dari satu kecerdasan, tetapi mampu menjangkau ragam kecerdasan (multiple intelligence) . Disisi yang lain, evaluasi pembelajaran yang memberdayakan peserta didik, adalah evaluasi yang valid dan otentik. Inilah hakekat evaluasi pembelajaran yang memberdayakan tersebut.


A. Pendahuluan
Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar. Perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena usaha individu yang bersangkutan (Majid, 2006 :224). Sedangkan mengajar menurut Joyce, Weil dan Shirs (dalam Majid, 2006 : 225), pada hakekatnya adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, cara-cara belajar bagaimana belajar. Untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal, seorang guru harus memahami azas utama quantum teaching. Yaitu, bawalah dunia mereka ke dalam dunia kita, dan antarkan dunia kita kedalam dunia mereka. Proses apersepsi inilah yang tak jarang sering ditinggalkan oleh guru. Padahal, ia merupakan landasan kokoh untuk menyampaikan pengajaran.
Ada tiga tujuan belajar, pertama : mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran spesifik, kedua: mengembangkan kemampuan konseptual umum, sehingga mampu belajar menerapkan konsep yang sama atau berkaitan dengan bidang-bidang lain yang berbeda, serta ketiga : mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat digunakan dalam segala tindakan (Dryden & Vos, :103)
Melihat rumusan demikian, maka dibutuhkan pula suatu piranti khusus, untuk mampu mengetahui hakekat belajar tersebut sudah tercapai atau belum. Piranti tersebut tidak lain adalah evaluasi pembelajaran. Makalah ini mencoba menyelami dan mengkaji sekaligus sedikit mengkritisi evaluasi pembelajaran yang berjalan selama ini. Mulai dari tujuan evaluasi, fungsi evaluasi, jenis-jenis evaluasi serta teknik-teknik evaluasi. Hal ini penting diketahui, mengingat kegagalan mengevaluasi, sama halnya dengan kegagalan suatu pembelajaran itu pula.
Dalam pengantar buku Contextual Teaching & Learning, Prof. Dr. A. Chaidar Alwasilah,mengatakan ada tiga prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan. Pertama, belajar mengahsilkan perubahan perilaku anak didik yang relative permanent. Artinya peran penggiat pendidikan-khususnya guru dan dosen-adalah sebagai pelaku perubahan (agent of change). Kedua, anak didik memiliki potensi , gandrung, dan kemampuan yang merupakan benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti. Maknanya , pendidikan seyogyanya menyirami benih kodrati ini hingga tumbuh subur dan berbuah. Proses belajar mengajar, dengan demkian, adalah optimalisasi potensi diri sehingga dicapailah kualitas yang ideal, apabila tidak dikatakan sempurna, dan relative permanent. Ketiga, perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami linear sejalan proses kehidupan. Artinya, proses belajar mengajar memang merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri, tetapi ia didesain secara khusus, dan diniati demi tercapainya kondisi atau kualitas ideal seperti tersebut diatas.
Kualitas ideal dalam pembelajaran lebih lanjut, tentu saja diupayakan sebuah evaluasi pembelajaran yang ideal pula. Ketika proses belajar mengajar sudah demikian ideal, tanpa diimbangi idealitas evaluasi pembelajaran, tentu saja kurang berimbang.

B. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program pendidikan (Majid, 2006 : 185). Juga suatu pembuatan pertimbangan menurut suatu perangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan (Fatah, 2006 : 107). Menurut TR Morison (dalam Fatah, 2006) terdapat tiga faktor penting dalam konsep evaluasi, yaitu : pertimbangan (judgement) deskripsi obyek penilaian, dan kriteria yang bertanggung jawab (defensible criteria). Aspek keputusan itu yang membedakan evaluasi sebagai suatu kegiatan dan konsep dari kegiatan dan konsep lainnya, seperti pengukuran (measurement).
Menurut Winkel (dalam Riyanto, 2005 : 3) belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Sedangkan Cronbach (dalam Riyanto , 2005 : 3 ), menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. Menurutnya, belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalamaisesuatu yaitu mempergunakan panca indera. Dengan kata lain bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.
Secara singkat, evaluasi pembelajaran yang dimaksud dalam makalah ini adalah pengukuran ketercapaian suatu pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap didalam suatu materi pengajaran.
Mengenai cara mengevaluasi atau suatu pengujian , harus melihat kembali sejarah sekolah. Dimana akhirnya membentuk sistem pendidikan seperti sekarang. Yakni berawal dari Amerika pada 1837 saat Horace Mann mengadopsi sistem pendidikan Prusia. Menurutnya menguji yang benar adalah dengan membuat tes tertulis, yang terdiri dari banyak soal.semakin banyak soal yang berhasil dijawab dengan benar, semakin baik pula hasil pembelajaran (Gunawan, 2006:291)
Padahal, sistem sekolah Prusia, sebenarnya, digunakan untuk mendidik tentara. Karena sistem ini berdasarkan disiplin militer, tentu saja cara pendekatannya sangat berbeda dengan cara mendidik anak di lingkungan rumah. Dan karena tujuannya adalah untuk menghasilkan tentara, maka system ini sudah dirancang sedemikian rupa untuk menggagalkan paling tidak 70 % dari siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah ini. Logikanya, bila ada seribu orang yang mengikuti pendidikan ini. Pada saat tamat sekolah tentu tidak mungkin seribu orang menjadi jenderal semua. Oleh karena itu, sistem sekolah ini dirancang untuk memberikan tes atau ujian. Mereka yang tidak berhasil dalam mengerjakan tes tentu saja akan sulit untuk naik ke level yang lebih tinggi. Jadi, system ini memang dari awal sudah dirancang untuk menyaring atau menggagalkan muridnya ( Gunawan, 2005 : 227)
Melihat fenomena demikian, tentu seorang guru sebagai pengajar sekaligus pendidik harus mampu mencari format evaluasi yang mampu memberdayakan (bukan memperdayakan) ranah potensi peserta didik. Termasuk pendekatan yang digunakan untuk menguji murid seyogyanya justru mengangkat derajat pemahaman murid , penguasaan akan materi pelajaran dan kemampuan berpikir ke tingkat yang lebih tinggi. Yakni kembali kepada tujuan semula dalam belajar.

C. Tujuan , Fungsi dan Jenis – jenis Evaluasi
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, tujuan umum dan tujuan khusus. L. Pasaribu dan Simanjuntak (dalam Ahmadi, 1991 : 189) menegaskan bahwa :
C.1. Tujuan evaluasi :
1. Tujuan umum dari evaluasi adalah
a. mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang dihharapkan.
b. Memungkinkan pendidik / guru meniali aktivitas / pengalaman yang didapat
c. Menilai metode mengajar yang dipergunakan
2. Tujuan khusus dari evaluasi adalah :
a. merangsang kegiatan siswa
b. menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan
c. memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan
d. memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orangtua dan lembaga pendidikan
e. memperbaiki mutu pelajaran atau cara belajar dan metode belajar

C 2. Fungsi evaluasi
Adapun fungsi evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Ahmadi (1991:189) yaitu :
1. untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid
2. untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid. Antara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada ortu, penentuan kenaikan kelas serta penentuan lulus tidaknya seorang murid
3. untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan (dan karakteristik lainnya) yangh dimiliki murid.
4. untuk mengenal latar belakang (psikologi, fisik, lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar , nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul.

C.3. Jenis-jenis Evaluasi
Jenis-jenis evaluasi dapat dibagi menjadi 4 jenis. Yaitu evaluasi formatif, sumatif. Placement dan diagnostik. Keempat jenis evaluasi tersebut secara singkat akan divas dari segi fungís, tujuan, aspek yang dinilai, dan waktu pelaksanaannya.
1. evaluasi formatif
- fungsi : untuk memperbaiki proses relajar mengajar (selanjutnya disingkat PBM) kearah yang lebih baik, atau memperbaiki program satuan pelajaran yang telah digunakan
- tujuan : untuk mengetahui hinggá dimana penguasaan murid tentang bahan yang telah diajarkan dalam statu program satuan pelajaran
- aspek yang dinilai : yang berkenaan dengan hasil kemajuan belajar murid, meliputi : pengetahuan, ketrampilan, sikap dan penguasaan terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan.
- Waktu : setiap akhir pelaksanaan satuan program belajar mengajar.
2. evaluasi sumatif
- fungsi : untuk menentukan angka / nilai murid setelah mengikuti program pengajaran dalam satu catur wulan, semester, akhir tahun atau akhir dari suatu program bahan pengajaran dari statu unit pendidikan. Juga untuk memperbaiki situasi PBM kearah yang lebih baik serta untuk kepentingan penilaian selanjutnya.
- Tujuan : untuk mengetahui taraf hasil relajar yang dicapai oleh murid estela menyelesaikan program bahan pengajaran dalam satu cawu, semestre, akhir tahun atau akhir statu program bahan pengajaran pada suatu unit pendidikan tertentu.
- Aspek yang dinilai : yaitu kemajuan Belajar, meliputi pengetahuan , ketrampilan, sikap dan penguasaan murid tentang materi pelajaran yang sudah diberikan.
- Waktu : akhir cawu, semester, akhir tahun.

3. evaluasi placement
- fungsi : untuk mengetahui keadaan anak termasuk keadaan seluruh pribadinya, agar anak tersebut dapat ditempatkan pada posisinya yang tepat
- tujuan : untuk menempatkan anak didik pada kedudukan yang sebenarnya, berdasar Bakau, minat, kemampuan, kesanggupan, serta keadaan lanilla. Sehingga anak tidak mengalami hambatan dalam mengikuti setiap program atau bahan yang disajikan guru.
- Aspek yang dinilai : meliputi keadaan fisik, psikis, Bakau, kemampuan atau pengetahuan, ketrampilan, sikap dan lain-lain aspek yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan anak selanjutnya.
- Waktu : sebaiknya dilaksanakan sebelum anak mengikuti PBM yang permulaan.

4. evaluasi diagnostik
- fungsi : untuk mengetahui masalah-masalah apa yang diderita atau mengganggu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti program tertentu. Dan bagaimana usa untuk memecahkannya.
- Tujuan : untuk mengatasi atau membantu pemecahan kesulitan atau hambatan yang dialami anak didik waktu mengikuti kegiatan belajar mengajar pada suatu bidang studi atau keseluruhan program pengajaran
- Aspek : hasil relajar, latar belakang kehidupan anak, keadaan keluarga, lingkungan dan lain-lain.
- Waktu : dapat dilaksanakan setiap saat.

C.4. Teknik Evaluasi :
Dalam pelaksanannya, evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu teknik tes dan teknik non tes.
1. Teknik tes : berbentuk tes tertulis , lesan dan perbuatan
2. teknis non-tes : berupa angket, wawancara atau interview, observasi, quesioner atau inventory

D. Alat uji evaluasi yang valid dan otentik
Gunawan (2006:296) mendefinisikan teknik pengujian dikatakan valid dan otentik bila melibatkan murid dalam suatu kegiatan yang berharga, penting dan berartti (mengerjakan tugas yang melibatkan proses pencarian arti dan relevansi). Pengujian ini berlangsung tidak hanya sesaat tetapi mempunyai rentang waktu yang lebih lama, bersifat terbuka (mempunyai banyak kemungkinan jawaban), memberikan kesempatan pada murid untuk menunjukkan pengertian, penguasaan dan kompetensi mereka melalui berbagai cara. Misalnya dengan menggunakan multiple intelligence mereka.
Karakteristik pengujian yang valid dan otentik mempunyai karakteristik :
1. menciptakan lingkungan di mana setiap anak mempunyai kesempatan yang sama untuk berhasil
2. lamanya pengujian berlangsung selama proses pembelajaran, dan pengujian ini ini memberikan suatu gambaran yang akurat mengenai prestasi murid
3. memberikan kesempatan yang besar kepada guru untuk menyusun dan mengembangkan kuikulum yang berbobot danmelakukan pengujian yang sesuai dengan program program yang ia rancang dan kembangkan
4. lebih bertumpu pada kelebihan dan kekuatan murid, bukan pada kelemahannya
5. memberikan kesempatan evaluasi dengan memperhatikan berbagai aspek dan kriteria yang dapat menunjukkan secara mendalam kemaajuan yang dicapai anak didik
6. memperlakukan setiap anak sebagai individu yang uniuk dan berharga dengan memperhatikan tidak hanya aspek fisik tetapi juga aspek pikiran, perasaan/emosi, ingatan dan kesadaran
7. memberikan kesempatan untuk menghilangkan bias kebudayaan dan memberi setiap anak kesempatan yang sama untuk berhasil
8. memperlakukan pembelajaran dan pengujian sebagai suatu kesatuan dalam kegiatan yang berpadu
9. mendorong dan melatih murid untuk secara independent dan terus menerus melakukan refleksi atas dirinya sendiri, pembelajaran dan umpan balik yang ia terima
10. berhubungan tidak hanya dengan pemahaman tetapi juga pada proses dan hasil akhir sebagai suatru kesatuan proses pembelajaran yang utuh.

Pengujian diatas melibatkan proses berpikir level tinggi bersama dengan penggunaan pengetahuan dalam lingkup yang luas dan dalam. ( Gunawan, 2006 : 298).

E. Alat uji - Evaluasi yang komprehensif
Melihat tren perkembangan teori kecerdasan siswa yang demikian kompleks (baca : tidak hanya faktor IQ semata), khususnya perkembangan dinamika multiple intelligence sebagaimana diungkapkan Howard Gardner, maka evaluasi atau pengujian yang multi dimensi sudah seharusnya dilaksanakan. Evaluasi yang komprehensif akan menghasilkan suatu nilai yang utuh dan terpadu. Tidak hanya dari satu sisi. Artinya tidak hanya dari sudut guru semata, namun juga melibatkan siswa sendiri, bila perlu, teman, bahkan orang tua sekalipun diperbolehkan menilai perkembangan belajar anak. Sehingga hasil suatu evaluasi atau penilaian selama pembelajaran, dapat diperoleh hasil yang maksimal. Memang hal ini suatu ide yang problematis dan mungkin menyulitkan. Rumit dan menyulitkan dalam konteks evaluasi pendidikan suatu negara berupa ujian nasional (UNAS) misalnya.
Selama ini dalam proses evaluasi , harus pula diakui bahwa evaluasi yang dilaksanakan baru sebatas guru kepada murid. Padahal tidak menutup kemungkinan diri siswa sendiri, teman, orang tua, dapat melakukan evaluasi pembelajaran dengan suatu kriteria yang dapat disepakati bersama. Menurut Gunawan ,2006:290) idealnya sistem pengujian itu dilakukan oleh murid sendiri sebesar 50 % (self Assesment), oleh rekan sebesar 30 % (peer assessment) dan baru oleh guru sebesar 20 % (teacher assessment).
Tingkat komprehensif demikian, setidaknya sudah diapresiasi oleh Diknas dan diaplikasi dengan model alat evaluasi berupa portofolio. Portofolio merupakan salah satu yang terbaik. Portofolio adalah sebuah kumpulan dokumen, hasil pengerjaan tugas, catatan prestasi, komentar dari rekan murid, pengamatan oleh guru, presentasi, diskusi, kerja kelompok, refleksi dan pemikiran dari murid itu sendiri mengenai proses pembelajarannya, yang semuanya tersusun dengan rapid an sistematis. (Gunawan, 2006: 301). Lebih lanjut Gunawan mengatakan portofolio tersebut dikumpulkan sejalan dengan proses pembelajaran yang dilalui murid dan digunakan sebagai alat uji dan indicator mengenai pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan yang dicapai mmurid ditinjau dari berbagai aspek.
Ada tiga jenis portofoilio yang umum dipakai, yaitu portofolio kerja, portofolio hasil terbaik dan portofolio pengujian. Portofolio kerja digunakan untuk menunjukkan pertumbuhan murid dalam rentang waktu tertentu. Portofolio i9ni berisi hasil kerja murid yang telah diselesaikan dan juga tugas yang masih dalam pengerjaan. Ini berfungsi untuk menyimpan tugas, hingga tugas atau hasil kerja itu dapat dipindahkan ke portofolio hasil terbaik atau pengujian.
Portofolio hasil terbaik digunakan untuk menunjukkan prestasi tertinggi yang berhasil dicapai murid. Ini merupakan kumpulan hasil kerja terbaik y6ang dicapai murid dan sangat baik untuk meningkatkan harga diri murid. Adapun portofolio pengujian digunakan untuk mencatat hasil pembelajaran murid berdasarkan tujuan kurikulum yang spesifik. Ini khusus dirancang agar murid dapat menunjukkan prestasi mereka pada tujuan kurikulum tertentu (Gunawan, 2006:302).

F. Penutup
Pembelajaran dapat dikatakan maksimal apabila ia mampu memberdayakan (sekali lagi bukan memperdayakan !) siswa. Strategi, metode, teknik pengajaran yang prima mutlak dibutuhkan dan dilaksanakan oleh guru. Selanjutnya untuk memetik hasil pembelajaran , perlu diupayakan evaluasi pembelajaran yang memberdayakan pula. Evaluasi pembelajaran yang komprehensif, menyeluruh dan terpadu adalah suatu keniscayaan. Dengan demikian dalam keseluruhan proses pembelajaran, evaluasi mutlak dibutuhkan. Namun, yang dubutuhkan adalah evaluasi yang mampu menggali seluruh potensi kecerdasan siswa. Baik kognitif, efektif maupun psikomotor siswa. Apabila evaluasi menyeluruh tersebut diterapkan, suatu keniscayaan pula, siswa akan terus terdorong untuk belajar, belajar dan terus belajar tanpa henti.
Sebagai bahan renungan , bukankah kita, manusia dengan segala potensi kemanusiaan yang dimiliki, secara fitroh membutuhkan evaluasi. Baik dalam skala mikro maupun makro kehidupan. Karena manusia sesungguhnya berada pada suatu”sekolah kehidupan’ sehingga pada akhir kehidupan nantinya, kelak Tuhan akan mengevaluasi, menilai aktivitas kehidupan kita selama di dunia. Sudah sesuai dengan tujuan penciptaan atau belum. Sudah menerapkan prinsip ibadah dengan ikhlas dan benar kepada Tuhannya atau belum. sudah sesuai dengan visi misi penciptaan atau belum.



Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu., Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991
Dryden, Jeanete Vos, Learning Revolution, Bandung : Mizan Utama, 2003
Fatah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakaraya, 2006
Gunawan, Adi W, Born to be Genius, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2005
---------------------, Genius Learning Strategy, petunjuk praktis untuk menerapkan
accelerated learning, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Majid, Abdul.,Perencanaan Pembelajaran mengembangkan standar kompetensi guru,
Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006

0 komentar:

  © Template Persembahan'Portrait' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP